MAKALAH
METODE SIMULASI
MERUPAKAN SALAH SATU METODE ALTERNATIF
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
PADA PEMBELAJARAN PAI
Disusun
Oleh:
Agus Hermawan, S.Ag.,M.M.
NIP. 197306122014091001
SD NEGERI TANGGULUN III
DESA TANGGULUN KEC. KADUNGORA KAB. GARUT
2015
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur
kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah_Nya kita dapat merasakan
iman dan islam semoga salawat dan salam dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW.
Alhamdulillah penyusun dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Metode Simulasi Merupakan Salah Satu Metode Alternatif Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran PAI” ,
walaupun masih banyak kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karena itu kami
harapkan saran dan kritik yang konstuktif dari berbagai kalangan akademisi dan
stik holder pendidikan untuk menyempurnakan dalam penyusunan makalah ini.
Garut, Juli
2015
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
Kata
Pengantar……………………………………………………. i
Daftar
Isi…………………………………………………………… ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ………............................................................... 1
1.2.Tujuan Penulisan......................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pengertian Metode Simulasi........................................................ 2
2.2.Prinsip-prinsip Simulasi……....................................................... 3
2.3.Tujuan Metode Simulasi.............................................................. 4
2.4.Kelebihan dan Kelemahan
Metode Simulasi............................. 4
2.5.Bentuk-bentuk Simulasi............................................................... 5
2.6.Beberapa Kompetensi Dasar
PAI yang dapat dijadikan Topik Simulasi....................................................................................... 6
2.7.Peranan Guru dalam Metode
Simulasi........................................ 8
2.8.Langkah-langkah Penggunaan
Metode Simulasi…………….... 9
2.9.Manfaat Metode Simulasi……………………………………… 10
BAB III
KESIMPULAN…………………………………………. 14
Daftar Pustaka ................................................................................ 15
bab I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Pendidikan Agama Islam dalam
pelaksanaannya membutuhkan metode yang tepat untuk menghantarkan
kegiatan pendidikan ke arah tujuan yang dicita-citakan.Bahkan metode sebagai
seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada anak didik dianggap
lebih signifikan dibanding dengan materi itu sendiri. Sebuahfilosofis
mengatakan bahwa “al-Thariqat Ahamm Min al-Maddah” (metode
jauh lebih penting dari materi) adalah sebuah realita bahwa cara penyampaian
yangkomunikatif lebih disenangi anak didik walaupun sebenarnya materi
yangdisampaikan tidak terlalu menarik. Sebaliknya, materi yang cukup baik,
karena disampaikan dengan cara yang kurang menarik maka materi itu sendiri
kurang dapat dicerna oleh anak didik. Oleh karena itu, penerapan metode yang
tepat sangat mempengaruhi pencapaian keberhasilan dalam proses pembelajaran.[1] Misalnya
pembelajaran materi akhlak, karena akhlak tidak hanya bersifat intelektual
melainkan juga bersifat emosional.
Penggunaan metode yang tidak
sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang
telah dirumuskan dalam kompetensi dasar. Cukup banyak bahan pelajaran yang
terbuang percuma hanya karena penggunaan metode menurut kehendak guru dan
mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas, serta situasi kelas.[2]
Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis membuat makalah dengan judul
“METODE SIMULASI MERUPAKAN SALAH SATU METODE ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM
PEMBELAJARAN PAI”
1.2. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah:
1. Dapat mengetahui serta
mendalami pengetahuan penulis mengenai metode simulasi.
2. Dapat mengetahui manfaat metode
simulasi pada pelajaran PAI.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Pengertian
Metode Simulasi
Simulasi berasal dari
kata simulate yang
artinya “berpura-pura atau berbuat seakan-akan”.[3] Di
dalam Kamus Bahasa Inggris- Indonesia dinyatakan bahwasimulate adalah “pekerjaan tiruan atau meniru, sedang simulate artinya menirukan,
pura-pura atau berbuat seolah-olah”[4] Sebagai
metode mengajar, simulasi dapat diartikan “cara penyajian pengalaman belajar
dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau
keterampilan tertentu”.
Menurut Udin Syaefudin Sa’ud, simulasi dalam perspektif model pembelajaran
adalah sebuah replikasi atau visualisasi dari perilaku sebuah sistem, misalnya
sebuah perencanaan pendidikan, yang berjalan pada kurun waktu yang tertentu.
Jadi dapat dikatakan bahwa simulasi itu adalah sebuah model yang berisi
seperangkat variabel yang menampilkan ciri utama dari sistem kehidupan yang
sebenarnya. Simulasi memungkinkan keputusan-keputusan yang menentukan bagaimana
ciri-ciri utama itu bisa dimodifikasi secara nyata.[5] Sementara
menurut Sri Anitah, W. dkk, metode simulasi merupakan salah satu metode
pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok. Proses
pembelajaran yang menggunakan metode simulasi cenderung objeknya bukan benda
atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang bersifat
pura-pura. Kegiatan simulasi dapat dilakukan oleh siswa pada kelas tinggi di
sekolah dasar.[6]
Simulasi dapat digunakan
sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat
dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Gladi resik merupakan
salah satu contoh simulasi, yakni memperagakan proses terjadinya suatu upacara
tertentu sebagai latihan untuk upacara sebenarnya supaya tidak gagal dalam
waktunya nanti. Jadi metode simulasi adalah peniruan atau perbuatan yang
bersifat menirukan suatu peristiwa seolah-olah seperti peristiwa yang
sebenarnya.
Sebagai sebuah metode pembelajaran yang bersifat peniruan suatu peristiwa,
metode simulasi memiliki Karakteristik yang mencerminkan metode ini berbeda
dengan metode-metode lain, di antaranya: 1) Banyak digunakan pada pembelajaran
PKn, IPS, pendidikan agama dan
pendidikan apresiasi, 2) Pembinaan kemampuan bekerja sama, komunikasi, dan
interaksi merupakan bagian dari keterampilan yang akan dihasilkan melalui
pembelajaran simulasi; 3) Metode ini menuntut lebih banyak aktivitas siswa; 4)
Dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis kontekstual; 5) bahan
pembelajaran dapat diangkat dari kehidupan sosial, nilai-nilai sosial, maupun
masalah-masalah sosial.[7]
2.2. Prinsip-prinsip
Simulasi
Agar Pemakaian simulasi dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka dalam
pelaksanaanya memperhatikan prinsi-prinsip sebagai berikut: 1) simulasi itu
dilakukan oleh kelompok peserta didik dan setiap kelompok mendapat kesempatan
untuk melaksanakan simulasi yang sama maupun berbeda; 2) semua peserta didik
harus dilibatkan sesuai peranannya; 3) penentuan topik dapat dibicarakan
bersama; 4) petunjuk simulasi terlebih dahulu disiapkan secara terperinci atau
secara garis besarnya, tergantung pada bentuk dan tujuan simulasi; 5)
dalam kegiatan simulasi hendaknya mencakup semua ranah pembelajaran; baik
kognitif, afektif maupun psikomotorik; 6) simulasi adalah latihan keterampilan
agar dapat menghadapi kenyataan dengan baik; 7) simulasi harus menggambarkan
situasi yang lengkap dan proses yang berurutan yang diperkiran terjadi
dalam situasi yang sesungguhnya; dan 8) hendaknya dapat diusahakan
terintegrasinya beberapa ilmu , terjadinya proses sebab akibat, pemecahan
masalah dan sebagainya[8]
Prinsip-prinsip tersebut harus menjadi acuan dalam pelaksanaan simulasi
agar benar-benara dapat dilakukan sesuai konsep simulasi dalam berbagai
bentuknya. Prinsip ini berlakuku dalam setiap mata pelajaran dan standar
kompetensi yang sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut yang berhubungan
dengan peristiwa nyata. Oleh sebab itu untuk memilih materi atau topik mana
yang akan digunakan dengan metode simulasi sangat bergantung pada karakteristik
dan prinsip-prinsip simulasi dihubungkan dengan karakteristik mata pelajaran
sebagaiman dijelaskan di atas. Oleh sebab itu tidak semua mata pelajaran,
kompetensi dasar, indikator, dan topik pembelajaran berbagai mata
pelajaran dapat digunakan dengan simulasi. Disinilah pentingnya pemahaman
dan analisa guru tentang karakteristik dan prinsip metode simulasi dihubungkan
dengan karakteristik mata pelajaran setiap kompetensi dasarnya.
2.3. Tujuan
Metode Simulasi
Metode
simulasi bertujuan untuk: 1) Melatih
keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan
sehari-hari; 2) Memperoleh
pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip; 3) Melatih
memecahkan masalah; 4) Meningkatkan
keaktifan belajar; 5) Memberikan motivasi belajar kepada siswa; 6) Melatih
siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok; 7) Menumbuhkan
daya kreatif siswa; dan 8) Melatih
Peserta didik untuk memahami dan menghargai pendapat serta peranan orang lain[9]
Dengan
demikian penggunaan metode simulasi dalam proses pembelajaran sesuai dengan
kecenderungan pembelajaran modern yang menuju kepada pembelajaran peserta didik
yang bersifat individu dan kelompok kecil, heuristik(mencari
sendiri perolehan) dan aktif. Sesuai dengan hal ini simulasi menurut Derick, U
dan Mc Aleese, R, bahwa simulasi memiliki tiga sifat utama yang dapat
meningkatkan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran, yaitu: 1)
Simulasi adalah bentuk teknik mengajar yang berorientasi pada keaktifan pesrta
didik dalam pembelajaran di kelas, baik guru maupun peserta didik mengambil
peran did dalamnya; 2) Simulasi pada umumnya bersifat pemecahan masalah
yang sangat berguna untuk melatih peserta didik melakukan pendekatan
interdisiplin di dalam pembelajaran. Di samping itu dapat juga mempraktekkan
keterampilan-keterampilan sosial yang relevan dengan kehidupan masyarakat; 3)
simulasi adalah model pembelajaran yang bersifat dinamis dalam arti sangat
sesuai untuk menghadapi situasi-situasi yang berubah yang membutuhkan keluwesan
dalam berpikir dan memberikan jawaban terhadap keadaan yang cepat
berubah. [10]
2.4. Kelebihan
dan Kelemahan Metode Simulasi
Terdapat
beberapa kelebihan dengan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar, di
antaranya adalah: 1) Siswa dapat melakukan interaksi sosial dan komunikasi
dalam kelompoknya; 2) Aktivitas siswa cukup tinggi dalam pembelajaran sehingga
terlibat langsung dalam pembelajaran; 3) dapat membiasakan siswa
untuk memahami permasalahan sosial (merupakan implementasi pembelajaran yang
berbasis kontekstual); 4) Dapat membina hubungan personal yang
positif,5) Dapat membangkitkan imajinasi, Membina hubungan komunikatif
dan bekerja sama dalam kelompok..[11] 6) menciptakan
kegairahan peserta didik untuk belajar; 7) memupuk daya cipta peserta didik; 8)
dapat menjadi bekal bagi kehidupannya di masyarakat; 9) mengurangi hal-hal yang
bersifat abstrak dengan menampilkan kegiatan yang nyata; 10) dapat ditemukan
bakat-bakat baru dalam bermain atau beracting[12]. Di samping memiliki
kelebihan, simulasi juga mempunyai kelemahan, di antaranya: 1) Relatif
memerlukan waktu yang cukup banyak; 2) Sangat bergantung pada aktivitas siswa;
3) Cenderung memerlukan pemanfaatan sumber belajar; 4) Banyak siswa yang
kurang menyenangi sosiodrama sehingga sosiodrama tidak efektif.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa simulasi sekalipun banyak keunggulan
namun sebagai sebuah metode pembelajaran tetap memiliki kelemahan. Berbagai
kelebihan di atas perlu diketahui oleh seorang guru agar potensi yang ada dapat
dimaksimalkan, namun kelemahan bisa diatasi dengan berbagai cara agar
pembelajaran sesuai kondisi dan waktu yang telah disediakan.
2.5. Bentuk-bentuk
Simulasi
Ditinjau
dari peran yang dibawakan atau dilakukan oleh peserta didik dalam pembelajaran,
menurut ramayulis, bentu-bentuk simulasi dapat dibedakan menjadi:[13] 1) Pre-Teaching/Micro Teaching;
berguna untuk latihan mengajar oleh calon pendidik yang mana peserta didiknya
adalah teman-teman calon pendidik; 2)Sosiodrama;
permainan peranan yang diselenggarakan dimaksudkan untuk menentukan alternatif
pemecahan sosial; 3) Psikodrama; permainan
peranan yang diselenggarakan dimaksudkan agar individu yang bersangkutan
memperoleh pemahaman yang lebih tentang dirinya, penemuan konsep diri, reaksi
terhadap tekanan yang menimpa dirinya; 4) Simulasi game;
adalah permainan peranan dimana para pemainnya berkompetisi untuk mencapai
tujuan tertentu dengan mentaati peraturan yang di tetapkan; 5) Role Playing; permainan
peranan yang diselenggarakan untuk mengkreasi kembali peristiwa-peristiwa
sejarah, mengkreasi kemungkinan masa depan, mengekspos kejadian-kejadian masa
kini dan sebagainya
Dilihat dari keluasan pelaksanaan simulasi, menurut Abu Ahmadi dkk, simulasi
dapat dilakukan dari yang paling sederhana sampai kegiatan yang paling
kompleks.[14] Yang sederhana, seperti
tiruan perbuatan atau peranan anggota-anggota keluarga dalam menghadapi suatu
masalah atau tiruan kehidupan sehari-hari dalam kehidupan masyarakat, seperti
jual beli dipasar. Semntara tiruan yang agak lebih kompleks dari itu adalah
kejadian-kejadian dalam kehidupan masyarakat seperti, sidang DPRD, Sidang PBB,
perundingan diplomasi, atau kejadian-kejadian sejarah. Dapat juga simulasi
dilakukan dalam kegiatan yang lebih kompleks dari itu seperti, simulasi latihan
penerbangan pesawat terbang, astronot, awak kapal selam, pemecahan masalah
perusahaan dan sebagainya
2.6. Beberapa
Kompetensi Dasar PAI yang dapat dijadikan Topik Simulasi
Sesuai
bentuk-bentuk simulasi di atas, setelah melakukan analisis terhadap Standar
Kompetensi Pendidikan Agama Islam yang terdapat dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional no 22 tahun 2006 tentang Standar isi satuan
Pendidikan dasar dan menengah Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia no 2
tahun 2008 tentang standar kompetensi Lulusan dan Standar isi Pendidikan Agama
Islam di Sekolah Dasar, maka ada beberapa indikator pendidikan agama Islam yang
dapat dicapai dengan metode simulasi, seperti terdapat SK/KD Sejarah Kebudayaan
Islam dan Aqidah Akhlak. Beberapa contoh Kompetensi dasar PAI di Sekolah Dasar
adalah:
- Menceritakan perilaku Abu
Lahab dan Abu Jahal
- Menceritakan perilaku
Musailamah Al Kazzab
- Menghindari perilaku
dengki seperti Abu Lahab dan Abu Jahal
- Meneladani kesederhanaan
dan keshalehan Umar bin abdul Aziz
- Meneladani perjuangan nabi
dan para sahabat dalam menghadapi masyarakat makkah
- Simulasi penyelenggaraan sholat
fardu dan sholat tarawih
- Simulasi tatacara wudu
- Simulasi pelaksanaan
ibadah haji dan Umrah
- Simulasi Pelaksanaan zakat
fitrah dan zakat mal
- Simulasi Perilaku kerja
keras, kreatif dan produktif dalam kehidupan sehari-hari
- Abrahah yang sombong
- dan lain-lain
Bebrapa contoh topik di atas menurut penulis dapat dilakukan dengan metode
simulasi dengan digabungkan dengan beberapa metode lain. Sehingga pembelajaran
itu dapat dilaksanakan oleh peserta didik sesuai dengan kehidupan nyata.
Namun tentu saja dalam pelaksanaannya perlu persiapan dan diskusi yang lebih
mendalam sesuai teori simulasi dan ruanglingkup topik yang akan di bahas.
Sebuah contoh sosiodrama yang masih ada hubungannya dengan sejarah Kebudayaan
Islam sebelum lahirnya nabi Muhammad SAW, tentang “Abrahah yang sombong” dapat
penulis kemukakan, sebagaimana yang ditulis oleh Munif Chatib: seorang peserta
didik yang ditunjuk menjadi host membacakan skenario berikut:
” Matahari hampir
terbenam, ketika kelelahan memuncak pada semua anggota pasukan yang sudah
berjalan berhari-hari. Ringkikan kuda yang ingin beristirahat, lenguhan pasukan
gajah yang mulai gelisah, ,membuat jendera Abrahah, pemimpin pasukan itu,
memutuskan untuk beristirahat dan bermalam di sebuah lembah di padang pasir
hijaz”.
Lalu Abrahah memberi instruksi
kepada pengawalnya;
“pengawal, perintahkan kepada semua pasukan, untuk berhenti, kita
akan membuka tenda dan bermalam di sini. Amankan pasukan gajah kita yang mulai
gelisah sebab binatang-binatang itu kelak yang akan menghancurkan ka’bah. Esok
pagi kita akan melanjutkan perjalanan. Makkah sudah dekat, hanya tinggal
setengah hari perjalanan. Cepat pengawal, segera kerjakan.”
“baik paduka secepat kilat hamba laksanakan” jawab pengawal sambil
menundukkan kepala. Lalu: “Hai .. Abrahah! Majulah dengan
pasukan gajahmu itu, kami penduduk makkah yang mencintai ka’bah akan melawan
dengan pasukan-pasukan Allah” teriak peserta didik yang
berperan sebagai penduduk makkah ketika melakukan metode sosiodram yang
merupakan bagian dari bentuk simulasi. “interupsi,
masak Abrahah ngomongnya pelan kayak putri salju, semangat dong…kan dia
jenderal besar!” interupsi dari salah satu peserta didik yang menonton kala
mendengar suara abrahah yang sangat pelan. Interupsi ini diiringi derai tawa
siswa seisi kelas, tercipta emosi positif dalam kelas tersebut.[15]
“Hei Abrahah.. ngapain sih pake pergi ke Makkah menghancurkan
ka’bah?kenapa sish tidak membangun ka’bah sendiri di Yaman sana?” tanya siswa penonton. “ ah, percuma… saya sudah coba berkali-kali, ..gagal terus. Habis
di yaman sepi, nggak ada orang datang, tidak seperti di Makkah yang selalu
ramai didatangi orang” sang Abrahah menjawab lantang.
Tokoh-tokoh dalam drama tersebut dimainkan oleh beberapa peserta didik dengan
redaksi skenario yang sudah disiapkan oleh guru. Ada yang menjadi Abrahah
gubernur Yaman yang berniat menghancurkan ka’bah. Abdul Muthalib, pemimpin Makkah
pada saat itu, ada juga kurir, pemuka-pemuka makkah lainnya. Kemudia adalagi
peran utama yang cukup penting dan berfungsi sebagai “Cutter”atau
pemutus cerita, biasanya disebut “Host” (pengantar cerita). Kepada beberapa
siswa yang tidak dapat peran, dibagaikan secarik kertas berisi pertanyaan dan
masalah yang terkait dengan materi perang gajah tersebut. sebagai penonton,
para siswa dapat menginterupsi saat drama berlangsung, baik untuk bertanya
maupun memberikan opini, persis seperti Lenong Betawi atau Opera Van Java.
2.7. Peranan
Guru dalam Metode simulasi
Ada
tiga peranan yang dapat dilakukan guru dalam memimpin dan mengelola simulasi
bagi pesrta didik, pertama, Menjelaskan
(Explaining); peserta
didik sebagai pemegang peran perlu memahami garis besar berbagai aturan dari
kegiatan atau peralatan yang diperlukan, atau tentang implikasi dari setiap
tindakan yang ia lakukan. Dalam hal ini dapat menjelaskan sekedarnya kepada
peserta didik, pemahaman peserta didik terhadap pokok kegiatan simulasi serta
implikasi-implikasinya akan menjadi lebih jelas setelah pesrta didik
melakukannya sendiri atau setelah dilakukan diskusi. Kedua, mewasiti (refereeing); guru
harus membentuk kelompok-kelompok dan membagi peserta didik dalam kelompok atau
peran sesuai dengan kemampuan dan keinginan peserta didik. Selain itu guru
harus mengawasi partisipasi peserta didik dalam permainan simulasi. Ketiga, melatih
(Ciaching) guru
juga harus bertindak sebagai seorang pelatih yang memberikan petunjuk-petunjuk
kepada peserta didik agar mereka dapat berperan dengan baik.Keempat, memimpin
diskusi (discussing);
selama permainan berlangsung guru akan memimpin kelas dalam suasana diskusi,
misalnya membicarakan tanggapan peserta didik dan kesukaran yang dijumpai,
cara-cara untuk menguji kebenaran permainan dan bagaimana permainan simulasi
itu dinyatakan dengan kehidupan yang sebenarnya [16]
2.8. Langkah-langkah
Penggunaan Metode Simulasi
Pada
dasarnya Simulasi dilaksanakan oleh sekelompok peserta didik meskipun dalam
beberapa hal dapat dilakukan secara individu atau berpasangan. Bila dilakukan
secara kelompok kecil, tiap kelompok dapat melakukan simulasi yang sama atau
berbeda dengan kelompok lainnya. Oleh sebab itu dalam prinsip pelaksanaannya
harus terjadi proses kegiatan yang menghasilkan domain efektif, (seperti menyenangkan,
menggairahkan, suka, sedih, terharu, simpati, solidaritas, gotong royong, dan
sebagainya), psikomotor (misalnya, keterampilan berbicara, bertanya, berdebat,
mengemukakan pendapat, memimpin, mengorganisir, dan sebagainya) dan kognif.
(misalnya, memahami konsep-konsep tertentu, pengertian teori dan sebagainya).
Simulasi juga harus menggambarkan situasi yang lengkap dan proses atau tahap
dalam situasi tersebut. hubungan sebab akibat, percobaan-percobaan, fakta-fakta
dan pemecahan masalah
Oleh sebab itu perlu jelas langkah-langkah dalam pelaksanaan simulasi, yang
terdiri dari tahap awal, tahap pelaksanaan dan tahap penutup. Berikut
langkah-langkat tersebut:[17]
1.
Tahap
Awal Simulasi;
1) Guru
menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi.
2) Guru
memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan.
3) Guru
membentuk kelompok dan menentukan alat yang digunakan.
4) Guru
menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang harus
dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan.
5) Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang
terlibat dalam pemeranan simulasi.
2.
Pelaksanaan
Simulasi
1) Simulasi
mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.
2) Para
siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.
3) Guru
hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan.
4) Simulasi
hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong
siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan.
3.
Penutup
1) Guru
dan siswa melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita
yang disimulasikan.Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan
tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.
Untuk terlaksananya tahapan kegiatan simulasi sebagimana yang
diharapkan, seorang guru perlu mengetahui sumber bahan, seperti buku
pelajaran, surat kabar, majalah, radio, televisi, problema-problema kehidupan
sehari-hari di sekolah, buku-buku khusus tentang simulasi dan alat-alat
simulasi seperti, gambar-gambar, foto, peta, maket, benda model, tirua alat,
alat-alat khusus sesuai dengan topik, perangkat keras, audio visual aids;
radio, vidio, tape, kaset, recorder, dan lain-lain.
2.9. Manfaat Metode Simulasi
Simulasi dapat
meningkatkan motivasi dan perhatian peserta didik terhadap topik dan belajar
peserta didik, serta meningkatkan keterlibatan langsung dan partisipasi aktif
peserta didik dalam proses pembelajaran, Meningkatkan kemampuan siswa dalam
belajar kognitif, meliputi informasi faktual, konsep, prinsip dan keterampilan
membuat keputusan. Belajar siswa lebih bermakna.
Meningkatkan afektif atau sikap
dan persepsi anak terhadap isu yang berkembang di masyarakat. Meningkatkan
sikap empatik dan pemahaman adanya perbedaan antara dirinya dengan orang lain.
Afeksi umum anak meningkat, kesadaran diri dan pandangan terhadap orang lain
lebih efektif. Struktur kelas dan pola interaksi kelas berkembang, hubungan
guru—siswa hangat, mendorong kebebasan anak dalam mengeksplorasi gagasan, peran
guru minimal sedang otonomi anak meningkat, meningkatkan tukar pendapat dari
pandangan anak yang berbeda-beda.
Pengaruh pelaksanaan
metode simulasi terhadap ketercapaian kompetensi dasar mata pelajaran PAI.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa metode simulasi adalah cara penyajian
pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang
konsep, prinsip, atau ketrampilan tertentu. Pada pelajaran agama
khususnya materi akhlak simulasi dapat berupa sosiodrama, misalnya peniruan
bagaimana sosok anak yang saleh atau bagaimana kisah seorang penguasa/raja
Fir’aun yang sombong dan takabur, tentara Abraha menghancurkan ka’bah,
dan lain sebagainya. Sedangkan ketercapaian kompetensi dasar adalah suatu
hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan
dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar mengajar
khususnya pada materi akhlak, yaitu berupa kemampuan peserta didik dalam
berperilaku terpuji dan menjauhi perilaku tercela. Dengan menggunakan metode
simulasi maka proses belajar mengajar semakin memudahkan peserta didik dalam
belajar sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Selain itu dengan
metode simulasi, peserta didik tidak hanya memahami materi secara konsep
saja, akan tetapi siswa dituntut mampu menampilkan konsep-konsep itu dalam
bentuk tingkah laku, sehingga materi yang disampaikan akan semakin jelas dan
dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik
Karena pemahaman terhadap
materi akhlak tidak hanya bersifat intelektual melainkan juga bersifat
emosional. Menurut Vernon A. Magnesen menyatakan bahwa kita belajar dipengaruhi
oleh: 1) 10 % dari apa yang kita baca;
2) 20 % dari apa yang kita dengar; 3) 30 % dari apa yang
kita lihat; 4) 50 % dari apa yang kita lihat dan dengar; 5) 70 % dari apa yang
kita katakan.6) 90 % dari apa yang kita katakan dan lakukan.
Sedangkan menurut Tony
Stockweel menyatakan bahwa untuk mempelajari sesuatu dengan cepat dan efektif,
anda harus melihatnya, mendengarnya, dan merasakannya Berdasarkan pendapat di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar akan lebih cepat dan efektif jika
dalam belajar siswa menggunakan penggabungan beberapa indera. Dalam metode
simulasi siswa menerima materi PAI melalui penggabungan beberapa indera
diantaranya indera penglihatan dan pendengaran. Selain itu dalam metode
simulasi siswa dibiasakan untuk bertindak sesuai keadaan yang sebenarnya
sehingga diharapkan siswa memiliki ketrampilan dalam menghadapi kehidupannya
kelak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode simulasi pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya materi akhlak berpengaruh
terhadap ketercapaian kompetensi dasar karena akhlak tidak hanya bersifat intelektual
melainkan juga bersifat emosional.
Contoh Materi lain yang dapat
digunakan dengan metode Simulasi – sosiodrama- dalam mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam dapat dilihat Adegan tentang Perang Khandaq: dalam
suatu ruangan di Darul Nadwan, berkumpullah orang-orang musyrik, di antar
mereka ada Abu Syufian. Bersama mereka ada seorang pemimpin Yahudi Bani Nadhir
yaitu Huyay bin Akhtab dan beberapa orang Yahudi lainnya. [18]
Abu
Sufyan :
|
Wahai
orang Quraisy, apakah kamu telah mendengar berita yang disampaikan pemimpin
Bani Nadhir yaitu Huyaybin Akhtab, mengenai ancaman dan bahaya
yang dihadapi oleh kaumnya karena ulah Muhammad dan
sahabat-sahabatnya? Beliau meminta bantuan kalian , sebagaimana
akan kalian dengar sendiri nanti. Maksudnya tidak lain ialah
untuk mengingatkan kalian terhadap bahaya ancaman Muhammad
dan sahabat-sahabatnya kepada kalian. Nah ..silakan tuan Huyay
ceritakan kepada mereka. Katakanlah apa yang terkandung dalam
hati anda.
|
Huyay
:
|
Saya
ini bukanlah sendirian wahai Abu Sufyan. Bersamaku ada sekelompok
saudara-saudaraku yang sesuku. Ini adalah Salmam Al-Nadhariy dan ini Kinanah
bin Rabi’ dan itu Hudzah bin Qus. Semua mereka itu akan menceritakan ancaman
dan bahaya yang akan ditimpakan oleh Muhammad kepada kami.
|
Sallam
:
|
:
Anda sajalah yang menceritakan, hai Huyay, karena Anda lebih pantas
menerangkannya kepada orang-orang Quraisy.
|
Huyay
:
|
Wahai
orang-orang Quraisy, kalian adalah pemimpin dan panglima-panglima bangsa
Arab. Tidaklah bijaksana sedikitpun, bila kalian membiarkan bahaya Muhammad
semakin memuncak dan kekuatannya semakin mantab, sehaingga ia berani
menyerang dan membunuhmu di rumahmu sendiri.
|
Musyrik
I :
|
Saya
sependapat dengan apa yang dikemukakan pemimpin Bani Nadhir ini. Oleh karena
itu pikirkanlah sebaik-baikny tindakan apa yang harus di ambil. Saya
sependapat dengan apa yang dikemukakan pemimpin Bani Nadhir ini. Oleh karena
itu pikirkanlah sebaik-baikny tindakan apa yang harus di ambil.
|
Musyrik II
:
|
Bagaimana pendapat
Anda, Huyay?
|
Huyay
:
|
Sikap
saya sama dengan sikap-sikap Anda. Saya hanya ingin agar kalian hidup dalam
keadaan aman dan sejahtera. Saya berharap agar kalian dapat mengambil
inisiatif di kalangan kabilah-kabilah Arab lainnya kami Bani Nadhir
akan menanti di tangan kaalian.
|
Kinanah
bin Rabi’ :
|
Benar
demi Allah,memang mereka lebih panas dari bara api. Mereka akan berada di
samping kalian sampai mati atau Muhammad dan pengikut-pengikutnya lenyap dari
muka bumi.
|
Musyrik
III :
|
Wahai
Huyay, bagaimana pendapatmu, apakah agama kami yang lebih baik atau agama
Muhammad?
|
Huyay
:
|
Agamamu
lebih baik dari pada agama Muhammad.
|
Abu
Sufan :
|
Ya,
memang benar perkataan Tuan. Wahai, orang-orang Quraisy. Sudah tiba saatnya
kepada kalian untuk membantu orang yang meminta pertolongan kepada kalian.
|
Musyrik
IV :
|
Sungguh
benar Anda, hai Abu Sufyan. Oleh karena itu umumkanlah kepada rakyat kita
untuk mempersiapkan diri dengan alat persenjataannya.
|
Abu
Sufyan
|
Ya
baiklah demi Tuhan Ka’bah.
|
Huyay
:
|
Wahai
Abu Sufyan, kami akan mengajak lagi beberapa kabilah Arab untuk mendampingi
kalian, sampai kalian mengalahkan si Muhammad.
|
Abu
Sufyan :
|
Kalau
demikian akan berkumpul di pihak kita tentara yang tidak mungkin diimbangi
Muhammaad. Dia akan kalah dan akan musnah tanpa bekas.
|
Huyay
:
|
Sebenarnyalah ini yang saya inginkan dan harap-harapkan, semoga
berhasil. Walaupun demikian kebijakasanaan pada orang-orang
aQuraisy. Semangat para pemuda dan rasa bertanggung jawabnya terhadap
kelangsungan agama nenek moyang mereka.
|
Musyrik
:
|
Demi
Tuhan Ka’bah, sungguh benar demikian. Kita benar-benar menanti hari seperti
ini.
|
Abu
Sufyan :
|
Marilah
kita mempersiapkan perbekalan dan alat persenjataan.
|
Musyrik
I :
|
Sungguh tepat. Si Muhammad tidak akan lolos dari tangan kita untuk
selama-lamanya.
|
Hadirin
semua tertawa : Ha…ha…ha…, kemudian mereka keluar ruangan.
BAB
III
KESIMPULAN
Setelah kita pahami isi dari
pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa dalam pembelajaran sangat di
butuhkan metode supaya berjalannya sebuah pembelajaran dengan lancar. Pada
makalah ini hanya di sebutkan tentang metode simulasi,yaitu peniruan atau
perbuatan yang bersifat menirukan suatu peristiwa seolah-olah seperti peristiwa
yang sebenarnya, atau dapat dikatakan dengan akting. Salah satu tujuannya
adalah melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi
kehidupan sehari-hari.
Oleh sebab itu metode ini tentu memiliki karakteristik tersendiri dan dapat
digunakan untuk bidang-bidang studi tertentu. Dalam pelaksanaannya diperlukan
perencanaan dan peralatan yang memadai dan yang tidak klaha penting adalah
diperlukan kemmapuan guru sebagai sutradara dalam menetapakan, mengarahkan, dan
menilai pelaksanaan simulasi. Agar metode yang digunakan benar-benar dapat
mempengaruhi kehidupan peserta didik.
Dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, metode ini bisa digunakan untuk
bidang-bidang seperti sejarah dan pendidikan akhlak. Peserta didik diharapkan
mampu menirukan peristiwa sejarah atau perilaku keagamaan yang diharapkan dapat
dicontoh atau diteladani oleh peserta didik dalam kehidupan, atau bisa juga
perilaku atau peran-peran yang harus dihindari oleh peserta didik dalam
kehidupan agar peserta didik memiliki kemampuan mengamalkan perintah agama dan
menjauhi larangan.
DAFTAR PUSTAKA
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan
Islam, (Jakarta: Ciputat Press.
2002)
Desy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Amelia. 2003)
Echols dan Shadily, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, Jakarta: Pustaka Amani, 2007)
Ramayulis, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2012
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta. 2006)
Abu Ahmadi (et, al), Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV Pustaka setia, 2005)
Udin Syaefudin Sa’ud , Perencanaan Pendidikan Pendekatan
Komprehensif(Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2005)
Anitah, Sri, W, dkk , Strategi Pembelajaran di
SD, ( Jakarta: Universitas
Terbuka., 2007)
Dahlan, M.D, Model-model mengajar, Bandung: CV. Diponegoro, 1984)
Munif Chatib, Gurunya Manusia; Menjadikan semua Anak
Istimewa dan semua anak juara, cet
VIII, (Bandung: kaifa, 2012)
Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran agama Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008)
Anissatul Mufarrokah, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Teras, 2009)
[1] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi
Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 39.
[2] Syaiful Bahri Djamarah dan
Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), hal. 87.
[5] Udin
Syaefudin Sa’ud , Perencanaan Pendidikan Pendekatan Komprehensif(Bandung:
PT Remaja Rosdakarya,2005), h. 129)
[6] Anitah,
Sri, W, dkk , Strategi Pembelajaran di SD, ( Jakarta:
Universitas Terbuka., 2007), h, 5..22
[8] Ramayulis, Metodologi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, cet. VII, (Jakarta: Kalam Mulia,
2012), h. 382
[9] Ramayulis, ibid,
dan lihat juga Abu Ahmadi (et, al), Strategi Belajar Mengajar,(Bandung:
CV Pustaka setia, 2005), h. 84
[15] Lihat Munif Chatib, Gurunya Manusia; Menjadikan semua Anak Istimewa dan semua anak
juara, cet VIII, (Bandung: kaifa, 2012), h.162-165
[18] Lihat beberapa materi sejarah Kebudayaan Islam
yang dapat dilakukan dengan metode simulasi, dalam Muhammad Abdul Qadir
Ahmad, Metodologi Pengajaran agama Islam,(Jakarta: Rineka Cipta,
2008), h. 184-
http://www.charlesmalinkayo.com/2012/11/penggunaan-metode-simulasi-dalam.html,
23/01/2016 11.03 pm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar